Minggu, 06 Desember 2015

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A.    Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien itu lah yang disebut dengan pendidikan. Berdasarkan ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), maka ketiganya sering dibedakan sebagai pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal (sekolah), dan pendidikan nonformal (masyarakat).
Pendidikan adalah usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.
Pengertian pendidikan menurut para ahli :
1.      Langeveld
          adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri
2.      John Dewey
         adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
3.      Ki Hajar Dewantara
          adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


4.      UU No. 2 Tahun 1989
          adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

     Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Seperti diketahui, proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya akan berlangsung secara alamiah dengan konsekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan menyimpang dari tujuan pendidikan.
            Perlu dikemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan dilakukan melaui tiga kegiatan yakni membimbing, mengajar, dan melatih (Ayat 1 Pasal 1 dari UU RI No. 2/1989. Meskipun ketika kegiatan itu pada hakikatnya tritunggal, namun dapat dibedakan aspek tujuan pokok dari ketiganya yakni:
1.     Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi-segi perilaku umum (aspek kebuayaan),
2.     Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, dan
3.     Melatih, terutama berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (aspek teknologi).
Ditegaskan bahwa sekecil apa pun namun ketiga aspek tujuan pokok pendidikan itu tetap akan tergarap dalam setiap lingkungan pendidikan. Sebaliknya, adalah tidak mungkin ketiga aspek tersebut dibebankan hanya kepada satu lingkungan tertentu saja, apalagi hanya pada satu jenis satuan pendidikan saja. Tidak jarang terjadi adanya harapan yang berlebihan terhadap sekolah, seakan-akan keseluruhan tujuan pendidikan itu hanya menjadi tuga dan tanggung jawab sekolah saja. Kualitas manusia, baik aspek kepribadan Mupun penguasaan dasar-dasr ilmu pengetahuan, serta kemahiran dalam spesialisasi tertentu, merupakan hasil kerja ketiga lingkungan pendidikan itu.

B.    Tripusat Pendidikan
1.                  Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang yang mempunyai hubungan pertalian darah. Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh keluarga dalam pembentukan prilaku dan kepribadian anak. Tetapi semakin berkembangnya kebutuhan individu maupun masyarakat menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anaknya mengalai perubahan, seperti aspek kebudayaan, penguasaan pengetahuan maupun keterampilan.
Dengan demikian, sebagian dari tujuan pendidikan itu akan di capai melalui jalur pendidikan sekolah ataupun jalur pendidikan luar sekolah. Hal ini tidak menjadikan keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawabnya sebagai pembentuk pola lingkungan pendidikan. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan (Undang-Undang, 1992: 26).
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arahpembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi anak-anak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penutun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya kewajiban ibu bapak itu udah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi. Bukan hanya bapak ibu yang beradap dan berpengetahuan saja yang dapat melakukan kewajiban mendidik anak-anaknya, akan tetapi rakyat depun melakukan hal ini. Mereka senantiasa melakukan hal yang sebaik-baiknya untuk kemajuan anak-anaknya. Memang manusia mempunya naluri pedagogis, yang berarti bahwa buat ibu bapak perilaku pendidikan itu merupakan aibat “naluri” untuk menjutkan keturunan. (Ki Hajar Dewantoro, 1962; dari Wayan Ardhana, 1986: Modul 4/5-6).
Akhirnya perlu ditegaskan lagi bahwa pendidikan keluarga juga perlu mendukung program-progam lingkungan pendidikan lainnya. Keikutsertaan keluarga berada pada tahap perencanaan, pemantauan, dalam pelaksanaan maupun dalam evaluasi dan pengembangan.

2.                  Sekolah
Sekolah adalah suatu hal yang tidak biasa di pungkiri lagi, karena kemajuan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keluarga tidak mungkin lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi gerasi muda akan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan pemenuhan kebutuhan anak akan pendidikan. Kondisi masyarakat seperti ini mendorong terjadinya proses formalisasi lembaga pendidikan yang lazim disebut sistem persekolahan. Sekolah juga seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan.
Salah satu alternatif yang mungkin di lakukan di sekolah untuk melaksanakan kebijakan nasional adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu pusat latihan manusia Indonesia di masa depan. Situasi alternative yang mungkin di lakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain:
a.     Pengajaran yang mendididik, yakni pengajaran yang secara serentak memberipeluang pencapaian tujuan instruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula di kemukakan bahwa setia keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai dampakatau efek pada siswa.
b.     Peningkatan dan pemantapan pelaksaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah, agar program edukatif ini tidak sekadar suplemen tetapi menjadi komplemen yang setara dengan program pengajaran serta program-program lainnya disekolah.
c.      Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar (PSB), yang mengelola bukan hanya bahan pustaka tetapi juga berbagai sumbar belajar lainnya, baik sumber belajar yang di rangcang maupun di manfaatkan.
d.     Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah, khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat Pancasialis sebagaimana yang dicita-citakan dalam tujuan nasional.
Akhirnya perlu pula dikemukakan tetang siswa sebagaimasukan dalam sistem persekolahan, utamanya tentang kesesuaian kemampuan potensial dengan jenis dan jenjang yang dicita-citakan. Dengan demikian bangsa Indonesia tidak hanya mampu sebagai swsembada ketenagakerjaan tetapi juga mampu mengekspornya.

3.                  Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni :
a.     Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan.
b.     Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c.      Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, begaul, dan sebagainya.
Akhirnya perlu dikemukakan salah satu factor dalam lingkungan masyarakat yang makin penting peranannya yakni media massa. Pada umumnya media massa mempunyai tiga fungsi, yakni informasi, edukasi dan rekreasi. Peranan media massa ini semakin menentukan di masa depan, karena kemajuan teknologi komunikasi sehingga media massa itu diterima langsung ke rumah-rumah, seperti pada radio atau televisi.
C.     Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap
       Perkembangan Peserta Didik  
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.     Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2.     Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.

3.     Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar