Rabu, 02 Desember 2015

Kondisi Sosial Budaya di Banten
Abad ke-17 Abad ke-19
Bahasa, Aksara, dan Naskah

Dalam kehidupan sosial budaya, bahasa memegang peranan sangat penting. Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi antar masyarakat, sehingga gagasan dapat disampaikan dan diterima oleh anggota masyarakat. Berdasarkan sumber sejarah yang ditemukan dapat diketahui bahwa kurun waktu tahun 1500-1800 M masyarakat Banten mengenal dam memakai berbagai bahasa dalam kehidupan sehari-hari. bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Melayu merupakan tiga bahasa yang paling banyak di gunakan oleh masyarakat banten.
            Bahasa sunda adalah bahasa yang dipakai oleh mayoritas masyarakat Banten bagian selatan. Sementara itu, masyarakat Banten bagian utara menggunakan bahasa Jawa yang telah mengalami adaptasi dengan lingkunganalam dan budayanya. Bahasa Melayu banyak dgunakan di pelabuhan karena kedudukannya sebagai lingua franca. Pada awalnya, bahasa sunda yang digunakan oleh masyarakat Tatar Sunda bersifat egalier. Artinya dalam bahasa ini tidak dikenal adanya  undak-usuk basa (tingkatan-tingkatan bahasa). Hal ini dapat dibaca dalam beberapa naskah yang berasal dari masa Kerajaan Sunda abad ke-16 M, yaitu  Sanghyang Siksakandang Karesian (1518) dan  Carita Payahyangan (sekitar 1580). Ketika Mataram berkuasa di daeran Priangan, bahasa yang dipergunakan dalam administrasi pemerintahan adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa Nusantara yang memiliki tingkatan-tingkatan, bahsa halus, sedang, dan kasar. Dalam perkembangannya, bahasa Jawa menjadi bahasa yang wajib dikuasai.
           
            Setelah pengaruh budaya Jawa masuk dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Tatar Suda, bahasa Sunda yang dipakai dalam pergaulan maupun dalam bahasa tulisa, diatur oleh undak-usuk basa. Pemakaian undak-usuk basa ini di bedakan oleh status sosial, umur, dan hubungan kekerabatan. Akan tetapi, bahasa Sunda di banten tidak mengalami feodalisasi dalam bentuk tingkatan-tingakatan bahasa, karena Banten tidak pernah dipengaruhu oleh mataam secaa langsung. Itulah sebabnya hingga sekarang bahasa Sunda di Banten bersifat egaliter.
            Dalam kurun waktu tahun 1500-1800 M, masyarakat Banten telah mengenal beragam bentuk aksara. Dari berbagai naskah dan prasasti yang berasal dari kurun waktu yang sama , dapat diketahui bahwa masyarakat Banten menggunakan jenis huruf Jawa, Pegon, dan Latin. Akibat pengaruh budaya Jawa, masyarakat Banten mengenal jenis huruf cacarakan, yaitu jenis huruf yang berlaku di tatar jawa. Selain itu, akibat pengaruh Islam, masyarakat banten pun mengenal tulisan yang menggunakan huruf Arab. Jenis huruf inilebih dikenal dengan jenis huruf pegon, karena telah disesuaikan dengan budaya setempat.

            Masyarakat Banten, mengenal kesusastraan dalam bentuk karya sastra, maupun karya sastra sejarah. Beberapa karya sastra itu adalah Sejarah Banten, Babad Banten Wawacan Sajarah Haji Mangsur, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar