Hadist-hadist tentang
Gerakan Shalat
AGU
6
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shalatlah sebagaimana
kalian melihat aku shalat
(HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225 dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)*
(HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225 dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)*
Shalat dibuka dengan
Takbir dan ditutup dengan Salam
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Dari Ali radliallahu
‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
1. Wudhu
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat
seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
2. Niat
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Umar bin Al Khaththab
diatas mimbar berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap
orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhari no.1, Muslim no.3530)*
3. Menghadap
Kiblat
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidilharam……. (QS. Al Baqarah [2]:144)
Meluruskan kedua Kaki
عَنْ زُرْعَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ صَفُّ الْقَدَمَيْنِ وَوَضْعُ الْيَدِ عَلَى الْيَدِ مِنْ السُّنَّةِ
Dari Zur’ah bin
Abdurrahman dia berkata; aku mendengar Ibnu Zubair berkata;
“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“ (HR. Abu Daud no.643)*
“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“ (HR. Abu Daud no.643)*
Kata Nu’man; Maka saya
melihat seseorang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya
(orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut
dan mata kaki temannya. (HR. Abu Daud no.566, Ahmad no.17703)*
4. Sutrah
(Pembatas)
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ
فَلْيَدْفَعْ فِي نَحْرِهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
فَلْيَدْفَعْ فِي نَحْرِهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
‘Apabila salah seorang
dari kalian shalat menghadap suatu sutrah dari manusia, lalu ada
seseorang yang bermaksud lewat di depannya, maka hendaklah dia mendorong
dadanya, jika dia menolak, hendaklah dia memeranginya karena dia adalah
setan’. (HR. Muslim no.783, Bukhari no.479)*
5. Jarak
Sutrah
كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ
“Jarak antara tempat
shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dinding (pembatas) adalah
selebar untuk jalan kambing.” (HR. Bukhari no.466, Muslim no.786, Abu Daud no.914)*
ثُمَّ صَلَّى وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِدَارِ ثَلَاثَةُ أَذْرُعٍ
Kemudian beliau shalat
dan jarak antara beliau dan dinding tiga hasta.”
(HR. Ahmad no.5951, Nasa’I no.741)*
(HR. Ahmad no.5951, Nasa’I no.741)*
6. Shalat
semampunya.
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الْمَرِيضِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
Dari Imran bin Hushain.
Ia berkata; “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tentang shalat orang yang sakit, beliau lalu menjawab: “Shalatlah kamu dengan
berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu maka
shalatlah dengan berbaring.”
(HR. Tirmidzi no.339, Abu Daud no. 815, Bukhari no.1048)*
(HR. Tirmidzi no.339, Abu Daud no. 815, Bukhari no.1048)*
7. Posisi
Tangan Saat Takbir Sejajar Pundak
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam apabila mendirikan shalat maka beliau mengangkat kedua
tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir.“
(HR. Muslim no.587, Bukhari no.694)*
8. Posisi
Tangan Saat Takbir Sejajar Telinga
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam apabila bertakbir maka beliau mengangkat kedua tangannya
hingga sejajar dengan kedua telinganya”.
(HR. Muslim no.589 dari Malik bin al-Huwairits) *
(HR. Muslim no.589 dari Malik bin al-Huwairits) *
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya
dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam).
(HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi).
(HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi).
9. Tidak
boleh menoleh.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ
فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Dari ‘Aisyah berkata,
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang menoleh
dalam shalat.” Maka Beliau bersabda: “Itu adalah sambaran yang sangat cepat
yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba.”
(HR. Bukhari no.709, Abu Daud no.776, Tirmidzi no.538)*
(HR. Bukhari no.709, Abu Daud no.776, Tirmidzi no.538)*
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Allah akan selalu
menghadap ke hambanya dalam shalat selama hambanya tidak membuang pandangannya,
apabila ia melirik maka Allah pergi darinya.”
(HR. Ahmad no.20531, Nasa’I no.1182, Abu Daud no.775)*
(HR. Ahmad no.20531, Nasa’I no.1182, Abu Daud no.775)*
Dalam HR. Baihaqi dan Hakim (dari Aisyah) disebutkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat menundukkan kepalanya dan
pandangannya tertuju ke tanah.
10.
Mengangkat kedua tangan sebelum mengucapkan Takbir.
أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
Abu Humaid As Sa’idi
berkata; “Jika akan mendirikan shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, lalu beliau mengucapkan:
“ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar).“ (HR. Ibnu Majah no.795)
*
11. Mengangkat
kedua tangan bersamaan dengan Takbir.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
Dari Wa`il bin Hujr Al
Hadlrami berkata;
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir”. (HR. Ahmad no.18093, Abu Daud no.623, Ibnu Majah no.851)*
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir”. (HR. Ahmad no.18093, Abu Daud no.623, Ibnu Majah no.851)*
12.
Mengangkat kedua tangan setelah ucapan Takbir.
فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ
حَتَّى َاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى
حَتَّى َاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى
Kemudian aku
memperhatikan Rasulullah, beliau berdiri dan takbir, lalu mengangkat
kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga, dan meletakkan tangan kanannya di
atas punggung telapak tangan kirinya.“ (HR. Ad-Darimi no.1323 dari Wail bin Hujr)*
13.
Meletakkan Tangan Kanannya diatas Tangan Kirinya.
كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ
“Orang-orang diperintahkan
agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri dalam shalat.” (HR.
Bukhari no.698, Malik no.340) *
فِيهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
“Kemudian beliau
meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya dan
pergelangan tangan kirinya.” (HR. Abu Daud no.624 dari Wa’il
bin Hujr radliallahu ‘anhu)*
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَأَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia
berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat,
tangan kanannya menggenggam tangan kiri.“ (HR.Ibnu Majah no.802)*
tangan kanannya menggenggam tangan kiri.“ (HR.Ibnu Majah no.802)*
14.
Meletakkan kedua Tangannya diatas Dada.
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى
ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Thawus dia berkata;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya diatas
tangan kiri, kemudian menarik keduanya diatas dada ketika shalat.” (HR. Abu
Daudno.648)*
Tangan diatas Pusar
رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
“Aku melihat tangan kanan
Ali radliallahu ‘anhu memegang tangan kirinya pada pergelangannya diatas
pusar.“ (HR. Abu Daud no.646)*
15. Do’a
Istiftah (Iftitah)
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Segala puji bagi Allah,
pujian yang banyak, baik, lagi berbarakah. (HR. Muslim no.942)*
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Maha Besar Allah, dan
segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu
pagi dan petang. (HR. Muslim no.943)*
أَبُو زُرْعَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ
إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ
اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ
اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Abu Zur’ah berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur’an.“
Abu Zur’ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘Berhenti sebentar, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: “Aku membaca;
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.“
(HR. Bukhari no.702, Muslim no.940, Nasa’I no.885)*
Abu Zur’ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘Berhenti sebentar, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: “Aku membaca;
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.“
(HR. Bukhari no.702, Muslim no.940, Nasa’I no.885)*
16. Membaca
Ta’awwudz (berlindung dari godaan syetan).
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. (QS. An-Nahl [16] :
98)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A’UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk *
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk *
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
A’UUDZU BILLAHIS SAMII’IL
‘ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM
MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI
(Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek).“
(HR. Abu Daud no.658, Ahmad no.11047, Ad-Darimi no.1211, Tirmidzi no.225)*
MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI
(Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek).“
(HR. Abu Daud no.658, Ahmad no.11047, Ad-Darimi no.1211, Tirmidzi no.225)*
17. Menbaca
Al-Fatihah.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dari Anas bin Malik,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan ‘Umar dan Ustman ,
mereka memulai shalat dengan membaca: ‘ALHAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN.”
(HR. Bukhari no.701, Muslim no.768, Abu Daud no.664, Ahmad no.12630)*
(HR. Bukhari no.701, Muslim no.768, Abu Daud no.664, Ahmad no.12630)*
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ قُمْتُ وَرَاءَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ كَانَ لَا يَقْرَأُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ
Dari Anas bin Malik dia
berkata; “Saya pernah shalat di belakang Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka
semua tidak membaca; BISMILLAHI AR-RAHMAN AR-RAHIM ketika mengawali shalat.”
(HR. Malik no.164)*
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ
فَلَمْ يَجْهَرُوا بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
فَلَمْ يَجْهَرُوا بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Anas berkata;
Pernah saya shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, bersama Abu
Bakar, bersama ‘Umar, mereka tidak mengeraskan dalam membaca “BISMILLAHI
AR-RAHMANI AR-RAHIMI”
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
(HR. Ahmad no.13284 & 13406)*
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
(HR. Ahmad no.13284 & 13406)*
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Nu’aim Al Mujmir dia
berkata; Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca
“Bismillaahirrohmaanirrohiim” (HR. Nasa’I no.895)*
Tidak ada Shalat tanpa Al Fatihah
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi
yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).“
(HR. Bukhari no.714, Muslim no.597, Ahmad no.21621)*
(HR. Bukhari no.714, Muslim no.597, Ahmad no.21621)*
لَا يَقْرَأَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِذَا جَهَرْتُ بِالْقِرَاءَةِ إِلَّا بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Janganlah sekali-kali
kalian membaca surat, ketika aku memperdengarkan bacaanku dalam shalat, kecuali
surat Al Fatihah.” (HR. Nasa’I no.911, Abu Daud no.702)*
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَرَاءَ الْإِمَامِ
مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَرَاءَ الْإِمَامِ
Jabir bin Abdullah
berkata; “Barangsiapa shalat satu rakaat dan tidak membaca Ummul Qur`an di
dalamnya maka ia belum shalat, kecuali jika ia shalat di belakang imam.“ (HR.
Tirmidzino.288)*
سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَصَاعِدًا قَالَ سُفْيَانُ لِمَنْ يُصَلِّي وَحْدَهُ
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَصَاعِدًا قَالَ سُفْيَانُ لِمَنْ يُصَلِّي وَحْدَهُ
Sufyan dari Az Zuhri dari
Mahmud bin Ar Rabi’ dari ‘Ubadah bin As Shamit yang sampai kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam (sabdanya):
“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (Al Fatihah) dan selebihnya.“
Sufyan berkata; “Bagi siapa yang shalat sendirian.” (HR. Abu Daud no.700)*
“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (Al Fatihah) dan selebihnya.“
Sufyan berkata; “Bagi siapa yang shalat sendirian.” (HR. Abu Daud no.700)*
Kewajiban Menyimak (diam dan
mendengarkan) bacaan Al Qur’an
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik,
dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raaf [7]
:204)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُو
إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُو
Dari Abu Hurairah
berkata; Rasulullah Shallallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Imam dijadikan
untuk diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kalian dan jika ia
sedang membaca (Al-Fatihah atau surat Al Qur’an) maka simaklah (diam dan
dengarkan) .“ (HR. Nasa’I no.913, Ahmad no.8534, Ibnu Majah no.837)*
Membaca dibelakang Imam
فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِي مِنْكُمْ أَحَدٌ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَقُولُ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَقُولُ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Beliau bersabda: “Apakah
salah seorang dari kalian tadi ada yang membaca bersamaku?”
Ada seorang laki-laki yang menjawab, “Saya, Wahai Rasulullah! ” Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku katakan (heran) kenapa aku diselisihi saat membaca Al Qur’an! ‘ Maka, setelah mereka mendengar (hadits) itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang-orang berhenti membaca berbarengan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat yang dikeraskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. Malik no.179, Ahmad no.7665, Tirmidzi no.278)*
Ada seorang laki-laki yang menjawab, “Saya, Wahai Rasulullah! ” Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku katakan (heran) kenapa aku diselisihi saat membaca Al Qur’an! ‘ Maka, setelah mereka mendengar (hadits) itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang-orang berhenti membaca berbarengan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat yang dikeraskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. Malik no.179, Ahmad no.7665, Tirmidzi no.278)*
Membaca Al Fatihah dalam Hati
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ فَغَمَزَ أَبُو هُرَيْرَةَ ذِرَاعِي فَقَالَ يَا فَارِسِيُّ اقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ فَغَمَزَ أَبُو هُرَيْرَةَ ذِرَاعِي فَقَالَ يَا فَارِسِيُّ اقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dan tidak dibacakan
di dalamnya Ummul Qur`an (Al Fatihah) maka ia adalah kurang, kurang dan tidak
sempurna.” Abu As Sa`ib berkata kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya aku
terkadang membaca dan kadang tidak ketika di belakang imam.” Abu As Sa`ib berkata;
Maka Abu Hurairah pun menyenggol lenganku seraya berkata; “Wahai orang Parsi,
bacalah ia dalam hatimu”
(HR. Ahmad no.7502, Abu Daud no.699, Malik no.174, Muslim no,598, Nasa’I no.900)*
(HR. Ahmad no.7502, Abu Daud no.699, Malik no.174, Muslim no,598, Nasa’I no.900)*
18.
Mengucapkan “Aamiiin”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam membaca GHAIRIL
MAGHDLUUBI ‘ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ucapkanlah ‘AAMIIN’. Karena siapa
yang ucapan ‘AMIIN’ nya bersamaan dengan ‘AMIIN’ nya Malaikat, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no.740, Abu Daud no.800, Muslim no.621, Ahmad no.9542)*
(HR. Bukhari no.740, Abu Daud no.800, Muslim no.621, Ahmad no.9542)*
19. Membaca
Surat pada Rakaat Pertama dan Kedua Saja.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau membaca faatihatul kitaab dan surat
pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ‘ashar dan faatihatul kitaab
pada dua rakaat berikutnya.
(HR. Ahmad no.21549)*
(HR. Ahmad no.21549)*
20. Berdiam
sejenak (Saktah / Thu’maninah)
قَالَ سَمُرَةُ حَفِظْتُ سَكْتَتَيْنِ فِي الصَّلَاةِ سَكْتَةً إِذَا كَبَّرَ الْإِمَامُ حَتَّى يَقْرَأَ
وَسَكْتَةً إِذَا فَرَغَ مِنْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ عِنْدَ الرُّكُوعِ
وَسَكْتَةً إِذَا فَرَغَ مِنْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ عِنْدَ الرُّكُوعِ
Samurah berkata; “Aku
hafal dua tempat diam sejenaknya beliau dalam shalat, pertama ketika imam
bertakbir sampai membaca (Al Fatihah) dan diamnya yang kedua apabila selesai
membaca surat Al Fatihah dan surat Al Qur’an sebelum ruku’.”
(HR. Abu Daud no.660, Ahmad no.19374, Ibnu Majah no.836)*
(HR. Abu Daud no.660, Ahmad no.19374, Ibnu Majah no.836)*
21. Melakukan
Rukuk
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى يَبْلُغَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى يَبْلُغَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Dari Malik bin Al
Huwairits dia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir, ruku’, dan ketika mengangkat
kepalanya dari ruku’ (i’tidal) hingga mencapai kedua ujung telinganya.” (HR.
Abu Daud no.636)*
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
‘Abdullah bin ‘Umar
radliallahu ‘anhuma berkata , “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika
bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika
takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu” (HR. Bukhari no.696)*
22. Posisi
Rukuk
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُغَيْرَ مُقْنِعٍ رَأْسَهُ وَلَا صَافِحٍ بِخَدِّهِ
“Apabila ruku’, beliau
merapatkan kedua telapak tangan pada kedua lututnya, merenggangkan jari
jemarinya lalu membungkukkan punggung (secara rata), tidak menengadah dan tidak
pula menundukkan kepalanya.” (HR. Abu Daud no.627 dari Abu
Humaid)*
23. Kedua
Tangan diletakkan.
كُنَّا نَفْعَلُهُ فَنُهِينَا عَنْهُ وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ أَيْدِينَا عَلَى الرُّكَبِ
“Kami pernah mengerjakan
seperti itu lalu kami dilarang (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), dan
kami diperintahkan untuk meletakkan tangan kami pada lutut-lutut kami.“
(HR. Bukhari no.748)*
24.
Menggenggam.
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا وَوَتَّرَ يَدَيْهِ فَتَجَافَى عَنْ جَنْبَيْهِ
“Kemudian beliau ruku’
dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau
menggenggamnya, dan mengikatkan kedua tangannya seperti tali lalu
merenggangkannya dari kedua lambungnya.” (HR. Abu Daud no.627, Tirmidzi no.241, Nasa’Ino.1026)*
Mencengkram.
فَلَمَّا رَكَعَ طَبَّقَ يَدَيْهِ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku’, beliau mencengkramkan kedua tangannya pada kedua
lututnya.”
(HR. Abu Daud no. 638)*
(HR. Abu Daud no. 638)*
25. Kedua
Lutut dan Jari-jemari direnggangkan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْكَعُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَيُجَافِي بِعَضُدَيْهِ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْكَعُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَيُجَافِي بِعَضُدَيْهِ
Dari Aisyah ia berkata;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika rukuk selalu meletakkan kedua
tangannya di atas kedua lututnya dan merenggangkannya. “ (HR. Ibnu Majah no.864)*
26.
Thuma’ninah
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُجُودُهُ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
Dari Al Bara’ berkata,
“Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sujudnya, (duduk) antara dua sujud,
dan ketika mengangkat kepala dari rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri
(i’tidal) dan duduknya melainkan semuanya sama (dalam thuma’ninah).“ (HR.
Bukhari no.750)*
27. Bacaan
Rukuk
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan
bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA
ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya
Allah, ampunilah aku) ‘.”
(HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
(HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani
bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat
rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majahno.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majahno.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
28. Bangkit
dari Rukuk Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam mengucapkan
‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang
memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb
kami, bagi-Mu lah segala pujian).
(HR. Bukhari no.754)*
(HR. Bukhari no.754)*
29. Setelah
Tegak berdiri Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah
berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN
HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka beliau
melanjutkan dengan:
‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘. ” (HR. Bukharino.753)*
‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘. ” (HR. Bukharino.753)*
30.
Thuma’ninah (I’tidal)
عَنْ ثَابِتٍ قَالَ كَانَ أَنَسٌ يَنْعَتُ لَنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَكَانَ يُصَلِّي وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ نَسِيَ
فَكَانَ يُصَلِّي وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ نَسِيَ
Dari Tsabit berkata, ”
Anas pernah menceritakan sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada
kami, jika beliau shalat dan mengangkat kepalanya dari rukuk, maka beliau
berdiri (lama) hingga kami mengatakan ‘beliau telah lupa’.” (HR. Bukhari no.758)*
Belum Shalat Kalau Tidak
Thuma’ninah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَأَى رَجُلًا لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلَا سُجُودَهُ
فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ
فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ
Dari Hudzaifah, bahwa ia
melihat seorang laki-laki tidak sempurna dalam rukuk dan sujudnya.
Setelah orang itu selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Kamu belum
shalat!” (HR. Bukhari no.376 & no.766)*
31. Melakukan
Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia
berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Jika sujud beliau
meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya. Dan jika bangun dari sujud
beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lutut.”
(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimi no.1286)*
(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimi no.1286)*
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
Dari Abu Hurairah dia
berkata; “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang
dari kalian hendak sujud, maka hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum
kedua lututnya dan janganlah ia turun (untuk sujud) seperti menderumnya unta.”
(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)*
(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)*
32. Posisi
Sujud
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ
أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Dari Abu Humaid As Sa’idi
berkata; “Ketika sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan hidung dan
dahinya ke bumi, menjauhkan dua tangan dari lambungnya, dan meletakkan dua
telapak tangannya sejajar dengan dua bahu.” (HR. Tirmidzi no.250, Abu Daud no.627)*
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ
Dari al-Bara’ dia
berkata, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Apabila kalian sujud
maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu.” (HR.
Muslim no.763, Ahmad no.17858)*
Sujud dalam Shalat berjama’ah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ اشْتَكَى أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ
مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ
Dari Abu Hurairah dia
berkata; para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengadu kepada beliau
tentang sulitnya sujud mereka jika harus menjauhkan kedua tangan dari kedua
rusuk dan menjauhkan perut dari kedua paha, maka beliau bersabda: “Gunakanlah
lutut-lutut kalian.”
(HR. Abu Daud no.767, Tirmidzi no.263)*
(HR. Abu Daud no.767, Tirmidzi no.263)*
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ
“Apabila salah seorang
dari kalian sujud, janganlah ia membentangkan kedua tangannya ke lantai
sebagaimana seekor anjing, dan hendaklah ia meletakkan di kedua pahanya.” (HR.
Abu Daud no.766)*
33. Posisi
Jari ketika Sujud.
وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“…………. kemudian beliau
membuka jari-jari kedua tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan: “Allahu
Akbar“ (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
34.
Jari-jemari menghadap Kiblat.
ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ تُجَاهَ الْقِبْلَةِ
Setelah itu beliau sujud
dan meletakkan kedua tangannya menghadap kiblat.
(HR. Ibnu Majah no.1052 dari ‘Aisyah)*
(HR. Ibnu Majah no.1052 dari ‘Aisyah)*
35. Kedua
Paha dibuka
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ
وَإِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَخِذَيْهِ
وَإِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَخِذَيْهِ
Dari Abu Humaid dengan
hadits seperti ini, katanya; “Apabila beliau sujud, beliau merenggangkan kedua
pahanya tanpa memikul beban perutnya.” (HR. Abu Daud no.627)*
36. Kedua
Telapak Kaki ditegakkan serta Kedua Tumit dirapatkan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ
Dari ‘Aisyah dia berkata;
“Suatu malam aku kehilangan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan aku
menyentuh beliau yang sedang sujud, sedangkan kedua telapak kakinya
tegak. (HR. Nasa’I no.1088, Muslim no.751, Ahmad no.23176, Abu Daud no.745, Ibnu Majah no.3831)*
37. Anggota
Sujud
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ
عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Dari Ibnu ‘Abbas
radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota
sujud); kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung
– kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan
tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).”
(HR. Bukhari no.770, Muslim no.758, Ibnu Majah no.874)*
(HR. Bukhari no.770, Muslim no.758, Ibnu Majah no.874)*
38. Bacaan
Sujud
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.” (HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.” (HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani
bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat
rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majahno.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majahno.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
39. Duduk
antara dua Sujud
وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا
“Setelah itu, beliau
mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya, beliau
mengerjakan seperti itu di raka’at yang lain.” (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تُضْجِعَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى وَتَنْصِبَ الْيُمْنَى
“Termasuk sunnah shalat adalah
engkau menidurkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.” (HR. Abu Daud no.822, Nasa’I no.1145)*
Duduk Iq’a
طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ
فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Thawus berkata,
“Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit (duduk Iq’a).“ Dia menjawab, “Hukumnya sunat”. Kami bertanya, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Ibnu Abbas menjawab, “Bahkan, begitulah sunnah Nabimu Shallallahu’alaihiwasallam.”
(HR. Muslim no.835, Abu Daud no.719)*
“Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit (duduk Iq’a).“ Dia menjawab, “Hukumnya sunat”. Kami bertanya, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Ibnu Abbas menjawab, “Bahkan, begitulah sunnah Nabimu Shallallahu’alaihiwasallam.”
(HR. Muslim no.835, Abu Daud no.719)*
40 & 41. Telapak Tangan di
atas Paha
عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَعَدَ يَدْعُووَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
إِذَا قَعَدَ يَدْعُووَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Dari Amir bin Abdullah
bin Zubair dari ayahnya katanya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika duduk berdoa (Tasyahud), beliau letakkan tangan kanannya diatas paha kananya, dan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya. (HR. Muslim no.910)*
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika duduk berdoa (Tasyahud), beliau letakkan tangan kanannya diatas paha kananya, dan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya. (HR. Muslim no.910)*
42. Do’a
Waktu Duduk diantara Sujud
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
Dari Hudzaifah berkata;
“Ketika duduk antara dua sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan:
“RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI (Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku). ” (HR. Ibnu Majah no.887, Ad-Darimi no.1290)*
“Ketika duduk antara dua sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan:
“RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI (Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku). ” (HR. Ibnu Majah no.887, Ad-Darimi no.1290)*
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Dari Ibnu Abbas bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan diantara dua sujudnya “ALLAHUMMAGHFIR LI WARHAMNI WA’AFINI WAHDINI WARZUQNI”
(ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).” (HR. Abu Daud no.724) *
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan diantara dua sujudnya “ALLAHUMMAGHFIR LI WARHAMNI WA’AFINI WAHDINI WARZUQNI”
(ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).” (HR. Abu Daud no.724) *
43. Bangkit
dari Sujud
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ صَلَّى لَنَا أَبُو سَعِيدٍ فَجَهَرَ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ
وَحِينَ سَجَدَ وَحِينَ رَفَعَ وَحِينَ قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَحِينَ سَجَدَ وَحِينَ رَفَعَ وَحِينَ قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Sa’id bin Al Harits berkata, “Abu Sa’id memimpin kami
shalat, dia lalu mengeraskan bacaan takbirnya ketika mengangkat kepala dari
sujud, ketika mau sujud, ketika mengangkat (kepala dari sujud) dan ketika
bangkit berdiri dari rakaat kedua, setelah itu ia berkata, “Begitulah aku
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Bukhari no. 782)*
كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُصَلِّي بِنَا فَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ وَحِينَ يَرْكَعُ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ
مِنْ الرُّكُوعِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ مِنْ السُّجُودِ وَإِذَا جَلَسَ
وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَيُكَبِّرُ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ
مِنْ الرُّكُوعِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ مِنْ السُّجُودِ وَإِذَا جَلَسَ
وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَيُكَبِّرُ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ
Abu Hurairah shalat
bersama kami lalu ia takbir ketika bangun, ketika akan rukuk, ketika akan sujud
setelah bangun dari rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari sujud, ketika
duduk, ketika akan bangun pada rakaat yang kedua, dia takbir dan takbir
seperti itu pada dua rakaat yang terakhir. (HR. Ahmad no.7336)*
Duduk sejenak sebelum Bangkit
Berdiri dari Sujud
أَبُو بُرَيْدٍ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ نَهَضَ
Jika Abu Buraid
mengangkat kepalanya dari sujud yang akhir, maka dia duduk dengan lurus sejenak
lalu bangkit berdiri.” (HR. Bukhari no.760 dari Malik
bin Al Huwarits)*
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ
“Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk
di atas tanah, kemudian baru berdiri.” (HR. Bukhari no.781dari Malik bin Al
Huwarits)*
كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى قَعَدَ ثُمَّ قَامَ
“Apabila Malik bin
Huwairits bangkit dari sujud terakhir pada raka’at pertama,
dia duduk sesaat kemudian berdiri.” (HR. Abu Daud no.716 dari Malik bin Al Huwarits)*
dia duduk sesaat kemudian berdiri.” (HR. Abu Daud no.716 dari Malik bin Al Huwarits)*
44 & 45. Bangkit dari Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa’il bin Hujr dia
berkata; “Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam meletakan lututnya
terlebih dahulu sebelum kedua tangannya apabila hendak sujud, dan mengangkat
kedua tangannya dahulu sebelum kedua lututnya apabila bangkit dari sujud.
(HR. Nasa’I no.1077, Ad-Darimi no.1286, Ibnu Majah no.872)*
(HR. Nasa’I no.1077, Ad-Darimi no.1286, Ibnu Majah no.872)*
فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ فِي أَوَّلِ الرَّكْعَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ قَامَ فَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ
“Jika mengangkat
kepalanya saat sujud kedua pada rakaat pertama maka ia duduk dalam keadaan
lurus, kemudian bangun dengan bertumpu ke tanah.” (HR. Nasa’I no.1141 dari Malik bin Huwairits )*
46 & 47.
Raka’at Kedua lebih singkat dari Raka’at Pertama
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ
مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ
مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
Dari ‘Abdullah bin Abu
Qatadah dari Bapaknya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada
dua rakaat pertama dalam shalat Dhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah, beliau
memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua. (HR.
Bukhari no.717)*
48. Tasyahud
Awwal
ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى
وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَحَلَّقَ حَلْقَةً
ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَحَلَّقَ حَلْقَةً
ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Kemudian beliau duduk dan
menyilangkan kaki kirinya dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas pahanya
dan lutut kirinya, dan beliau jadikan ujung siku kanannya diatas paha kanannya
kemudian beliau menggenggam antara jari-jarinya dan beliau jadikan melingkar,
kemudian beliau angkat telunjuknya dan kulihat beliau menggerak-gerakkannya
sambil memanjatkan doa.
(HR. Ahmad no.18115, Ad-Darimi no.1323, Nasa’I no.1251 dari Wail bin Hujr)*
(HR. Ahmad no.18115, Ad-Darimi no.1323, Nasa’I no.1251 dari Wail bin Hujr)*
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا
كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا
Dari Abdullah bin Zubair
bahwa dia menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat
dengan jarinya ketika berdo’a, tanpa menggerakkannya.”
(HR. Abu Daud no.839)*
(HR. Abu Daud no.839)*
Telunjuk sedikit Bengkok
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا فِي الصَّلَاةِ وَاضِعًا ذِرَاعَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
رَافِعًا أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ قَدْ أَحْنَاهَا شَيْئًا وَهُوَ يَدْعُو
رَافِعًا أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ قَدْ أَحْنَاهَا شَيْئًا وَهُوَ يَدْعُو
Rasulullah Shalallah
‘Alaihi Wa Sallam duduk dalam shalat dengan meletakkan lengan kanannya di atas
paha yang kanan, dan mengangkat telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya
sambil berdo’a.” (HR. Nasa’i no.1257, Abu Daud no.840)*
Telunjuk Lurus
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصْبِهِ قَدَمَهُ الْيُمْنَى
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصْبِهِ أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ يُوَحِّدُ بِهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصْبِهِ أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ يُوَحِّدُ بِهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
Dan meletakkan tangan
kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan kaki kanannya. Lalu dia
meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya dan meluruskan jari telunjuknya
sebagai isyarat mengesakan Rabnya ‘Azzawajalla. (HR.Ahmad no.15977 dari Ibnu Ishaq)*
49. Pandangan
tertuju pada Telunjuk.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَلَمْ يُجَاوِزْ بَصَرُهُ إِشَارَتَهُ
‘Amir bin Abdullah bin Az
Zubair dari Bapaknya berkata;
Rasulullah jika duduk tasyahud meletakkan tangannya di atas paha kanan dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, menunjuk dengan telunjuknnya dan pandangan mata beliau tidak melewati telunjuknya. (HR. Ahmad no.15518, Abu Daud no.8370, Muslim no.911)*
Rasulullah jika duduk tasyahud meletakkan tangannya di atas paha kanan dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, menunjuk dengan telunjuknnya dan pandangan mata beliau tidak melewati telunjuknya. (HR. Ahmad no.15518, Abu Daud no.8370, Muslim no.911)*
50. Tasyahhud
ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ التَّشَهُّدَ
كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ يَعْنِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ يَعْنِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibnu Mas’ud berkata;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil
menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al
Qur’an, yaitu; “AT-TAHIYYATU LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU
‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA
‘ALA ‘IBAADILLAAHISH-SHAALIHIIN, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH WA
ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUH
(Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR. Bukhari no.5794, Muslim no.609)*
(Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR. Bukhari no.5794, Muslim no.609)*
Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar Ibnu Rifai
Sahabat
mulia, Malik bin al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu bercerita,
أَتَيْنَا النَّبِيَّ,
وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً
فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي
أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ: ارْجِعُوا إِلَى
أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
وَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ
أَكْبَرُكُمْ
“Kami pernah datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Saat itu, kami semua pemuda sebaya. Kami pun bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam selama 20 hari 20 malam. Setelah memandang bahwa kami
telah merindukan keluarga, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya
kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan. Kami pun menceritakannya
kepada beliau. Ternyata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
orang yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Setelah itu beliau bersabda,
‘Pulanglah ke keluarga kalian. Tinggallah di antara mereka, ajari dan
perintahkan mereka (untuk melaksanakan Islam). Shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku melaksanakan shalat. Jika waktu shalat telah tiba, salah
seorang di antara kalian hendaknya mengumandangkan azan untuk kalian dan yang
paling tua di antara kalian menjadi imam’.”
Kajian Hadits:
Keutamaan shalat Berjamaah
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
صَلاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
(رواه البخاري ومسلم والترمذي والنشائي وابن ماجة وأحمد)
Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw., bersabda:
Shalat berjamaah melebihi shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar